DEWATERBANG INDOGG

Dewi Istriku

“DEWI ISTRIKU”
-----------------
By: #MangNirwana

Awalnya aku tak peduli setiap kali suamiku menyetubuhiku selalu mengatakan bahwa ia ingin melihatku disetubuhi laki-laki lain dan kuanggap hanya sebagai fantasinya yang membuatnya semakin bernapsu menyetubuhiku. namun semakin lama secara tidak sadar, aku semakin ikut menikmati fantasinya hingga aku membayangkan seorang laki-laki asing yang mencumbuku bahkan menyetubuhiku dan membuat suamiku semakin bergelora melihatku ikut larut dalam fantasinya membuat ia menyetubuhiku dengan penuh birahi sampai berakhir dengan kepuasan bersama.

hingga suatu hari saat usai menyetubuhiku, dengan wajah serius suamiku kembali menawarkan kepadaku untuk merealisasikan fantasinya ingin melihat aku disetubuhi laki-laki lain.
"ih papah...", ujarku menanggapinya dengan tak serius dan tentu saja aku menolaknya karena itu tak benar apalagi dengan penampilanku yang sehari-hari memakai jilbab yang berarti harus dibuka bahkan sampai bersetubuh dengan laki-laki yang bukan Suamiku, kuanggap sebagai gurauannya saja. Namun dengan berbagai alasan suamiku terus membujukku. Tak terbayang dalam pikiranku untuk bersetubuh dengan laki-laki lain di hadapannya. hingga hampir 1 tahun suamiku membujukku, akhirnya saat ia kembali menawarkan kepadaku lagi dan aku menjawabnya bersedia, apalagi dalam hatiku memang aku ingin juga mencoba fantasinya itu yang terkadang sering terbayang di kepalaku.
"Papah yakin ?", ucapku dan dijawab dengan antusias oleh suamiku dengan yakin sambil menganggukan kepalanya.
"yakin papah gak apa-apa ? kalo tubuh aku di jamah cowok lain ?", ucapku lagi.
"iya yakin gak apa-apa sayang...".
"yakin... kalo sampe aku nanti... emmhh...", ucapanku terhenti sambil memandang wajah suamiku yang serius mengangguk-angguk.
"kalo sampe kamu dientot ?....asalkan kamu mau... gak apa-apa.... aku mau liat memek kamu dientot kontol gede...".
"emmhh... papah... yakin...? gak apa-apa aku digituin cowok lain.?"
"iya sayang... pengen liat kamu orgasme ... puas... sayang...".
"udah ah... aku mau mandi dulu.... biar bersih...", ucapku beranjak meninggalkan suamiku yang terbaring di kasur.
"biar wangi kalo memek aku dijilatin brondong... hi hi hi... ", ucapku lagi dan kabur membuat suamiku melongo kentang.

Jam menunjuk pukul 11 siang, saat aku sudah berdandan rapih, gaun gamis biru muda bercorak bunga menutupi seluruh tubuhku dan jilbab biru panjang membungkus kepalaku. Dadaku berdebar tak karuan melangkah di samping suamiku. kuraih tangan suamiku menggandengnya dengan rasa gugup dan cemas. melangkah menyusuri lorong hotel diantara pintu-pintu kamar yang tertutup rapat. ku pandang diriku pada pantulan kaca di dalam lift dan mendapati suamiku yang juga memandangiku tersenyum.
"Udah cantik kok...", ucapnya dan aku hanya tersipu sambil menghela rasa cemasku keluar dari lift membaur dengan pengunjung mall yang ramai hilir mudik sambil tetap ku genggam tangan suamiku erat-erat melangkah menuju sebuah restoran. disudut ruang restoran yang tenang dan agak tertutup, meja di sudut restoran duduk seorang lelaki muda yang padangannya tertuju kepadaku seakan menyambut dengan antusias.
"Resha...?", ujar suamiku seraya mengulurkan tangannya.
"Iya mas... ", balas lelaki muda itu seraya pandangannya tertuju kepadaku dan mengulurkan tangannya.
"Saya resha...", ucapnya dengan sopan walau sudah beberapa kali akrab di telepon namun masih terasa canggung buatku, aku menyambut tangannya yang menggenggam dengan lembut.
"Udah lama nunggu ya ?", ucap suamiku mulai berbasa-basi seraya mengambil tempat duduk di sudut dan aku duduk disampingnya di hadapan resha yang memeprsilahkan kepada kami.

"Gimana perjalanannya wi...?", resha membuka pembicaraan kepadaku yang sejak tadi hanya terdiam sesekali tersenyum mengikuti obrolannya dengan suamiku yang disela obrolannya pandangan mata resha selalu menatapku lekat kearahku.
"Eemhh... ya menyennangkan sih....", jawabku dan menyambungnya dengan cuaca di kota S ini yang terasa lebih panas. aku berusaha mencairkan diriku dengan rasa gugup dan cemas yang berangsur mereda.
"Saya kan sudah janji di telpon kalo dewi nanti capek biar saya pijit he he he...", ucapnya membuatku tersipu teringat beberapa kali telepon dengannya sebelum pertemuan ini terjadi. telepon yang sesekali terdengar canda tawa dan sesekali terdengar mesra dengannya.

usai makan siang dan membeli beberapa makanan dan minuman aku melangkah diantara suamiku dan resha dengan dadaku dan rasa cemasku yang tak lagi mengganggu, suasana sudah lebih mencair dan terasa lebih akrab dan santai melangkah kembali menuju hotel kami menginap yang masih satu gedung dengan mall ini.
"Coba nanti kamu jalan gandengan sama dia...", bisik suamiku saat di dalam lift membuat dadaku kembali berdebar.
kutinggalkan suamiku yang membawa barang belanjaan di belakang saat pintu lift mulai terbuka dan aku melangkah di samping resha.
"Resh...", ucapku dan kuraih tangannya dan resha tersenyum menoleh kearahku, berjalan dan bergandengan mesra melalui lorong diantara pintu-pintu kamar hotel yang tertutup sementara suamiku berjalan di belakangku.
Seperti permintaan suamiku aku bergelayut manja pada resha yang menggandengku dengan mesra.

"Gak nyangka dewi cantik... pake jilbab... kok gak pernah bilang di telepon kalo pake jilbab wi...", ucap resha saat suamiku menutup pintu dan meletakkan barang belanjaan di meja.
"Masa... ih kamu gobal...", sergahku seraya mencubit lengannya, canda tawa di sela obrolan ringan membuat suasana tak lagi seperti canggung untukku.
Di bibir ranjang, aku duduk berdua bersebelahan dengannya sesekali mengomentari acara yang ada TV.
Usia resha 22 tahun sementara aku 25 tahun membuat obrolan aku dan resha cepat nyambung sementara usia suamiku 30 tahun terpaut jauh dengannya.
"Loh iya dibanding poto yang mas mu kirim ke saya...", ujarnya membela diri.
Sesaat suasana hening, aku diam memandang layar TV saat tangan resha terangkat dan merangkul di pundakku membuat dadaku berdegup kencang.
Mungkin wajahku terlihat merona karena malu saat itu.
"Eemmhh... deg-degan aku...", ucapku sambil tersenyum malu kepada suamiku seraya kubiarkan tangan resha masih merangkulku.
"Coba cium res...", ujar suamiku.
"Iiih papah kok disuruh-suruh sih...", protesku membuatku salah tingkah namun resha sudah mendaratkan bibirnya di pipiku yang kemudian semakin mendekati bibirku dan kusambut bibirnya dan sesaat kemudian saling melumat dengan lembut.
"Emmmhh... ", gumamku saat resha melepaskan bibirku dan aku tertunduk malu tak berani menatap kearah suamiku yang menyaksikan ciuman tadi.
"Mau meledak rasanya dada aku...ehhmm...". dengan tubuhku yang duduk semakin rapat dengannya. mataku tak lagi ke arah TV,
nafasku seakan tersengal yang kucoba ku tenangkan, menatap wajah resha yang menatapku dan perlahan semakin mendekat dan kembali kusambut bibirnya dan saling melumat berpagutan penuh birahi. mataku terpejam, kujulurkan lidahku yang dihisapnya dengan lembut sesekali menyentuh lidahnya yang membelai lidahku.
Nafasku tersengal saat bibirku terlepas dari bibirnya.
Dan aku merunduk membiarkan tangannya yang membelai lenganku mulai meraba dadaku.
"Emmh...res..", bisiiku dan kulumat bibirnya seraya kunikmati remasan tangannya di dadaku.
Hanya terdengar suara nafasku dan nafasnya yang berat dan suamiku yang sibuk dengan kameranya merekam semua ini.

Kuberanikan diri tangan ku merayapi pahanya hingga kudapati tonjolan keras di pangkal pahanya yang masih terbungkus celananya.
"Emhh... udah keras...", bisiku melepas bibirku memandangnya.
"Apanya yang keras... sayang...?", tanya suamiku yang melihat tangannku di tonjolan selangkangan Resha.
"Nih... hi hi hi...", tawaku sambil kuremas membuat resha terhenyak.
"Apa tuh namanya...?", pancing suamiku.
"Iih papah...". sambil senyum-senyum di hadapan kamera suamiku.
"Kontol... ", ucapku seraya tertawa dengan sedikit rikuh.

Puas dengan meremas dadaku, tangan resha beralih mengelus pahaku dengan gaun gamis panjang yang masih menutupinya.
"Kamu udah pernah liat kan...res..?", ucapku sambil tangannku memegang pangkal selangkanganku.
"Udah...".
"Kalo di sini nyebutnya apa ?".
"Tempik...".
"Oo..tempik... kalo disana kan... memek...".
"Iya kadang disini juga nyebutnya memek...". ujar resha.
Kubiarkan tangannya menyingkap gaun gamisku yang semakin terangkat dengan kubuka kedua kakiku memperlihatkan pangkal selangkanganku yang terbungkus celana dalam putih.
"Eemmhh... udah basah deh...", ucapku menutupi dengan tanganku.
"Dibuka sayang...". sela suamiku.
"Iiih... papah... nanti juga dibuka... ", protesku.
"Udah papah liat aja... rekam-rekam aja..", protesku lagi dengan cemberut manja kepada suamiku yang tertawa.

 
"Bukain res...", ucapku, tangannya yang cekatan meraih celana dalamku dan menurunkannya dari pinggangku hingga terlepas dari kedua kakiku.
namun setelah celana dalam itu terlepas dari kedua kakiku aku malah menutup selangkanganku dengan gaun gamisku.
"Kok ditutup..?", ucap suamiku.
"Eeemhhh... maaaaaluuuu...emmhh...", ucapku sambil tersipu-sipu malu kepada suamiku.
"Kenapa malu...", kata suamiku lagi dan aku hanya senyum tersipu kepada resha yang memegang tanganku yang perlahan menyingkirkannya.
"Aduuh... pah... malu ah...he he he...", ucapku kepada suamiku.
"Ayo kasih liat ke resha...". ujar suamiku.
"Iih papah...eeeehhh.... maluu... hi hi hi...", tanganku masih menahan gauh gamisku menutupi selangkanganku lagi sambil kupandangi resha yang menungguku.
"Gak apa-apa... ayo kasih liat memek kamu ke resha...", ujar suamiku.
"Papah yakin...? gak apa-apa kasih liat ke resha...?". ucapku namun
tanganku sambil bergerak, kusingsingkan gaun gamisku semakin keatas
perlahan dan terlihat bulu kemaluanku yang tercukur membentuk huruf I tegak lurus di atas bibir vaginaku.
"Woohh...", gumam resha membuatku tersipu malu.
Di hadapannya kuperlihatkan auratku dihadapan suamiku.
"Eemhh... ", aku masih merasa malu sambil tersipu melihat suamiku yang mengangguk kepadaku dan aku membiarkan tangan resha membelai bulu kemaluanku.
"Reshaaa...", ucapku memandangnya yang melihat selangkanganku dengan penuh birahi.

"Kamu suka nya yang ada apa yang gak ada...?". tanyaku dengan sedikit malu.
"Apanya ?".
"Maksud aku yang ada jembutnya apa yang gak ada jembutnya ?", ujarku mengulang pertanyaanku.
"Yang kayak gini sukanya...yang ada jembutnya... rapih...". jawab resha.
"Iya... aku juga sih gak suka yang panjang atau gundul gitu... ya sedeng-sedeng aja...".

Jari-jarinya merayap kebawah membelai bibir vaginaku. Ku rentangkan kedua kakiku mengangkang membuat bibir vaginaku terbuka berkilat yang sudah basah sejak tadi.
"Emmhh...ress...uummhh... udah basah..uummhh...". lenguhku merasakan belaian lembut jemarinya yang menelusuri belahan bibir basahku.
"Kamu udah pernah berapa kali...res..?", tanyaku.
"Pernah apa...?".
"Pernah ML...". ulangku.
"Ohh... 2 kali..". jawab resha singkat.
"Sama pacar kamu yang dulu itu ya...?". ucapku teringat saat pembicaraan telepon dengannya.
"Iya....".
"Kamu sama pacar kamu yang sekarang ?".
"Belum...".
"Oo ya jangan... kalo emang masih perawan...".ujarku.
"Iya kalo sama yang sekarang, aku serius pacarannya..."
"Ya baguslah...". ujarku.
"Gak usah gitu-gitu... harus di jaga..." lanjutku.

"Oohhh...eesssshh... reeessshh...". lenguhku saat jemarinya menyentuh itilku.
"Geli banget kalo kena itil aku...". ucapku tanpa sungkan lagi.
"Ooooaaahhh... reshaaaa...". pekikku dengan tubuhku yang menggeliat kurasakan jarinya menusuk lubang vaginaku dan suamiku mendekat dengan kameranya merekam dari dekat ke arah selangkanganku.
"Kamu diapain sayang...?", pancing suamiku.
"Oohh... geli banget... memek aku di colok... pah...", ucapku dengan wajah sayup memandang suamiku yang wajahnya menegang melihat vagina istrinya di colok-colok jari resha.
"Iya sayang... ". suara suamiku bergetar sambil merekam ku yang mengangkang dengan tangan resha di selangnganku.
"Ooossshhh... eemmhhhh...", lenguhku saat tangan resha mulai mengocok semakin cepat.
Tubuhku menggeliat nikmat, nafasku terengah mendesah-desah.
"Ooouussshhh... gak kuat...eeehh...", lenguhku, tak tahan rasanya ingin ditusuk dengan yang lebih besar dan hangat.
"Berapa jari kamu masukin ?", tanyaku
"Dua...", jawabnya dengan menunjukan jari telunjuk dan jari tengahnya yang berlendir dari lubang vaginaku.

Aku menutup gaun gamisku saat Resha berdiri di hadapanku dan membuka ikat pinggangnya, celananya, tanpa sungkan menurunkan juga celana dalamnya sehingga menyenbullah kemaluannya yang sudah menegang berdiri kokoh, di hiasi bulu kemaluannya yang tipis dan sebuah bola yang menggantung di bawahnya.
"Oh... gede banget...", ucapku dalam hati terkagum melihatnya.
Terlihat besar dan panjang begitu gagah berdiri kearahku. Sesaat aku melihat kearah suamiku dengan rasa sungkan dan jengah sebelum akhirnya suamiku menyuruhku untuk memegangnya.
Tanganku bergerak meraihnya dan menggenggamnya, merasakan hangat dan keras dengan otot yang terlihat begitu kekar dan gagah.
"Emhh... udah ngaceng ajah...", ucapku tersenyum di hadapan kamera suamiku.
"Apanya ?", pancing suamiku.
"Kontolnya... hhihihi... kontol ngaceng...", ucapku.
Sambil ku tatap kepala kontolnya yang bertopi baja seakan mekar seperti jamur besar dengan lubang pipisnya di tengahnya.
"Kontolnya gede ya sayang...?", tanya suamiku yang dalam hati aku meng-iyakan kannya, memang kontolnya besar di banding miliknya yang hitam dan kecil.
"Pasti enak rasanya...", ujar suamiku lagi.
"Iiih papah... udah diem... rekam nya sambil diem...", protesku dan sambil ha ha hehe... tertawa suamiku mundur ikut berlutut seperti aku yang berlutut di hadapan resha yang berdiri.
Ku dekatkan wajahku dan kubuka mulutku dan kumasukan kepala kontolnya.
"Eemhh...", gumamku ku kulum dengan lembut kepala kontol itu, membelai
Kepala kontol itu dengan lidahku, tak luput kujilati lubang pipis di tengah kepala kontol itu membuat resha mendesis nikmat.
"Ooouuhh... seksi banget kamu sayang...", terdengar ucapan suamiku di sampingku.
Perlahan tanganku bergerak mengocok bersamaan dengan kepalaku yang maju mundur sehingga batang kontol resha keluar masuk di mulutku yang menghisap dengan gemas. aroma kontol membuat birahiku semakin membara mengocok, mengulum.
Sesekali ku belai buah salaknya.

"Uuughh...", terdengar geraman resha menikmati mulutku dengan kedua tangannya yang memegang kepalaku yang masih terbungkus kerudung mengayun maju-mundur.
"Oooh... eeshh... enak banget... ", pujinya di sela geramannya membuatku semakin gemas menghisap dan mengulumnya.
"Enak reshh.. ?". tanya suamiku.
"Enak mas... uuh... istri mas, pinter banget nyepong nya...uuuh...".
Kurasakan tangannya membelai kerudungku saat kepalaku perlahan mulai menghentikan gerakanku.
Kontolnya sudah begitu keras seperti akan meledak kepalanya.
"Mau di keluarin resh...? biar dikeluarin di mulutku...", tanyaku mendongakkan kepalaku.
"Terserah wi...", jawabnya.
"Emang kamu gak pengen sayang...?", sergah suamiku menyela.
"Emmhhh....". aku hanya bergumam namun hatiku memang menginginkannya.
vaginaku sudah basah kuyup dengan lendir sudah meleleh di pahaku, itilku.
Gatal dan lubang vaginaku benar-benar ingin di tusuk dan dihujam kontol.
"Boleh pah...?". tanyaku.
"Papah yakin aku boleh dientot Resha...?" tanyaku lagi.
"Iya sayang..." pintaku.
"Aku dientot papah aja...", ujarku.
"Enggak...sayang...". ujar suamiku.
Aku sedikit risih dan malu jika harus bersetubuh di hadapan suamiku walau dalam hatiku aku menginginkannya.
"Papah yakin ? gak apa-apa, liat aku dientot resha ?" ucapku dengan birahiku yang semakin memuncak di ubun-ubunku.
"Gak apa-apa sayang...".

Aku berdiri dan resha melepas kaos yang tersisa di tubuhnya sehingga terlihat sudah telanjang bulat dengan kontol yang begitu gagah berdiri tegak.
"Gamis sama kerudung aku di buka pah...?", tanyaku kepada suamiku dengan dada berdebar.
"Terserah Resha...". jawab suamiku.
"Gak usah dibuka Wi, di keatasin aja Wi...kan udah telanjang juga di dalamnya... ." ujar Resha sambil tersenyum mendekatiku.

Tangannya memeluk pinggangku sambil meraih gaun gamisku dan kusambut lumatan bibirnya saling berpagutan.
Birahiku benar-benar sudah terbakar membara, nafasku terengah penuh birahi. Rasa risih, sungkan dan malu kepada suamiku sudah hilang.
Kureguk kenikmatan birahi bersama brondong pilihan suamiku ini.
Gaun gamisku sudah tersingkap di pinggangku, kurasakan sesuatu mengganjal di pangkal selangkanganku,
kontol resha terselip menggesek-gesek vaginaku.

"Ohh..kagak kuaat... pengen dimasukin kontol...", dalam hatiku berteriak dengan mata terpejam sambil menikmati pagutannya yang menghisap lidahku.
"Ooohh...", lenguhku melepaskan diri dari mulutnya dengan nafas terengah-engah sambil merasakah kedua tangan Resha, yang meremas buah dadaku dan bokongku.
"Ooh... gak kuaat.. ooh...", ucapku di sela nafasku yang terengah dan kamera suamiku sudah di depan wajahku.
"Gak kuat kenapa sayang...?", pancing suamiku agar aku mengeluarkan keliaranku.
"Gak kuat... eh... pengen dientot kontolnya pah...". ucapku seraya kudorong resha melepas pelukannya dan aku beranjak ke atas kasur, kusingsingkan gamisku hingga dadaku,
dan aku berbaring dengan kedua kaki mengangkang lebar.
"Papah yakin...?, mau liat aku dientot cowok lain...?". ucapku dengan suara bergetar penuh napsu.

Suamiku mendekat dan mengangguk dengan wajah menegang. Birahi telah menguasai akal sehatku, nafsu liat merajalela di otakku seperti wanita jalan,
wanita murahan aku bahkan meminta Resha untuk memasukan kontolnya di vaginaku.

"Resh... masukin...", pintaku kepada resha dengan kontolnya yang gagah ke hadapan selangkanganku.

Tangannya mengarahkan kepala kontolnya.
"Pah... gak apa-apa resha gak pake kondom...?", ujar ku dengan akal sehatku yang seakan terbangun dengan tiba-tiba.
"Gak usah sayang... biar kamu lebih nikmat...". ujar suamiku dan aku pasrah tak sabar.
"Eehhmm...", kepala kontol itu menyentuh itilku dan bergerak menyusuri belahan vaginaku kebawah hingga lubangnya membuatku menahan nafas detik-detik kepala kontol itu akan menyeruak lubang ku.
"Aahhh... resssh...", ucapku tertahan saat kurasakan kepala kontol itu tak masuk ke lubang ku malah bergerah keatas lagi menyusuri bibir vaginaku hingga menyentuh itilku yang sudah berdenyut gatal.
"oohhhsss... ressshh... masukin..." ucapku tak sabar.
 
Kuliahat suamiku mendekatkan kameranya merekam dari dekat detik-detik vaginaku di hujam kontol yang bukan miliknya.

"Oooooaahhhh....", lenguhku dengan perlahan namun pasti kontol itu semakin kedalam menyeruak dan terbenam di lubangku.
Dengan kontolnya yang besar dan sepanjang ini membuat lubang ku seakan penuh sesak memberikan rasa kenikmatan yang dahsyat bagiku,
yang baru merasakan kontol sebesar dan seoanjang ini dari yang selama ini aku rasakan dari kontol suamiku yang tak sebesar dan sepanajng ini.

"Ooohh... kontol kamu terasa banget...eeehhh...", lenguhku.
"Enak sayang...?", pancing suamiku lagi.
"Enak paah... kontol gede terasa banget...eeehhh... ". ucapku dan mulai terengah nikmat saaat resha mulai menggoyang pinggangnya naik turun.
"Uuuhh...", geram resha diatasku menatapku dengan penuh birahi menggenjotku.
"Ooossshh... ooosshh... essshhh...oooaahh...", desahan, lenguhanku sejadi-jadinya dengan kenikmatan yang baru kurasakan ini.
Tak ku perdulikan lagi suamiku yang sibuk merekam berputar dari berbagai sudur merekam aku,
istrinya yang sedang di setubuhi seorang brondong yang ada diatas tubuhku.
Sesekali kuambut lumatan bibir resha yang melumat bibirku sambil terus menggenjot nikmat dan tangannya yang meremas-remas,
buah dadaku memberikan sensai yang begitu nikmat hingga akhirnya aku tak kuasa menahan kenikmatan ini.
Sesuatu tak terbendung dalam diriku memuncak dan sesaat kemudian akhirnya aku menggejang hebat.

"Oooh... kontol... enak banget...aaah kontol... kontooool...", pekikku menyebut kata-kata jorok yang disukai suamiku,
bila aku mencapai orgasmeku sambil aku mengejang-ejang nikmat.

Begitu nikmat kurasakan saat dinding lubangku yang mencengkeram, menyedot, mengempot bisa tersumpal kontol sebesar ini.

"Eeeeeeeeeeeshhhhhh....", lenguhku kupeluk tubuh perkasa diatasku ini dengan erat membuat enjotannya terhenti sesaat dan aku terkulai lemas.

Resha mencabut kontolnya yang basah berlendir dari vaginaku.
Tangannya meraih pinggulku dan membimbingku membalikkan badan membelakanginya untuk menungging di hadapannya.

"Uuuhh...",lenguhku dengan kedua tangannku menopang tubuhku seraya kusembulkan bokongku di hadapannya.
"Plaak... plak...", di tamparnya bokongku dan meremas dengan gemas, mengusap-usap sebelum akhirnya membimbing kepala kontolnya kembali ke lubang vaginaku.
"Bleessshhh....".
Menghujam nikmat dengan rasa geli nikmat yang menggelitik sekujur tubuhku.
Dinding lubang ku masih sensitif setelah orgasme tadi kembali di hujam-hujam kontolnya lagi.

"Ooohh...oohh...", lenguhku dengan tubuh terguncang kedepan dan ke belakang.
"Ceplok..... ceplok...ceplok...", bunyi benturan bokongku dengan pinggulnya menghentak-hentak penuh nikmat. dan kembali aku terbawa kenikmatan ini yang semakin dahsyat kurasakan.
"Eh...eh...eehh...", lenguhku disaat terengah-engah di hadapan mulutku yang menganga,
suamiku menjejalkan kontolnya.

Lengkap sudah 2 lubang tubuhku di hujam kontol bersamaan.
Mulut atas dan mulut bawahku terjejal kontol membuat sensasi yang luar biasa kurasakan,
rasa jalang dan liar yang yang belum pernah kurasakan menyelinap dalam diriku.

"Uuugh... sayang... sayaaaang....", ucap suamiku sambil menggeram, kuhisap dengan semakin kencang kontolnya dengan pinggul mengayun cepat.
"Gak kuat... liat kamu seksi banget...uuugghh...". geram suamiku dan kuarasakan semburan spermanya di dalam mulutku.

Kuhisap dan kutelan. Sesaat kemudian tubuh suamiku ambruk terduduk puas mencapai orgasmenya.

Aku menoleh kebelakang saat resha mencabut kontolnya yang memintaku, beranjak sementara ia berbaring terlentang dengan kontol tegak mengacung gagah di selangkangannya.

"Naik Wi...menghadap kesana biar di rekam suamimu...", pinta Resha.

Kusingsingkan gamisku di leherku dengan tubuh telanjangku mengangkangi selangkangannya tepat di hadapan kamera suamiku.
Kuraih kontolnya dan kuarahkan pada lubang vaginaku dan perlahan kuturunkan tubuhku sehingga melesak batang kontolnya terbenam di vagianku.
Di hadapan kamera suamiku yang merekam dari dekat setiap gerakan tubuhku yang naik turun,
merekam vaginaku yang terjejal kontol besar itu dan menjulur dan kedalam berulang kali.
Dengan kontol yang besar dan panjang begitu sempurna kurasakan di dalam vaginaku,
kontol ini seakan-akan mendorong-dorong menyentuh mulut rahimku hingga kenikmatan ini begitu sempurna kurasakan.

"Eeeehhh...", lenguhku dengan kontol masih tertanam ku coba untuk berputar posisiku menghadap menghadap ke resha.
Namun tak kuat aku hingga akhirnya aku mencabutnya dulu dan membalikan tubuhku menghadap Resha dan memasukkannnya lagi,
ke lubangku. Tangan Resha menyambutku dengan meremas-remas kedua buah dadaku dan aku mulai menggoyangkan lagi pinggulku yang terasa lebih nikmat lagi.
Pinggulku bergoyang semakin kencang.

"Ooohh...reshaa... nikmat banget...ooohh... kontol kamu enak banget..." ucapku yang sudah menjadi wanita jalan walau dengan kerudung,
yang masih melekat membungkus kepalaku namun gaun gamis yang sudah tersingkap dengan tubuh telanjang yang mereguk kenikmatan dari kontol lelaki,
yang bukan milik suamiku, terbenam di vaginaku membuatku seakan lupa akan segalanya.
Aku lupa kalo aku adalah seorang istri, namun suamiku yang mendorong persetubuhan ini, aku lupa kalo aku berhijab namun tak kuasa,
untuk menolak keinginan suamiku untuk melihatku di setubuhi laki-laki lain.
Bahkan hatiku seakan membenarkan bahwa kontol besar dan panjang ini mampu memberi kenikmatan yang lebih dari biasa yang aku rasakan.

"Oooohh... kooontooooll....ooooh... kooontooooolll..."
Pekikku lagi dan aku menggelepar hebat diatas pinggul resha yang memelukku.
Lubang vaginaku mengempot erat, seakan menghisap, mencengkeram hebat apa yang menjejal di situ.
Dan yang kurasakan dengan kontol sebesar itu kenikmatan yang kurasakan begitu dahsyat.
Tak ada setengah pun yang kurasakan jika dibanding dengan kontol suamiku yang kecil itu.

Aku terkulai lemas lagi dalam pekukan resha yang menahan tubuhku tetap di pangkuannya.
Aku terduduk terengah dengan kontolnya yang masih terbenam di vaginaku.
Wajahnya memandangiku, tangannya membelai kerudungku, kusambut kecupan lembutnya.
Kecupan di bibirku, kecupan di pipiku.

"Enak Wi...?".
"He eh..", jawabku di sela nafasku yang terengah.

Aku dibaringkannya tanpa mencabut kontolnya yang tetap terbenam berganti posisi Resha diatasku.
Dan kembali aku merasakan enjotnnya lagi.

"Uuuhhh... masih geliii.. ressshh...", ucapku lirih menahan rasa geli yang menyerang hingga tulang belakangku.
Lubangku masih sensitif sehabis orgasme. namun resha tak mau peduli terus menggenjotku membuatku semakin terengah hebat.
Kucengeram pinggulnya yang semakin cepat menggenjot, kudorong lengannya agar mengendorkan enjotannya namun tak juga mengendor,
bahkan semakin kencang membuat ku kewalahan aku menggelepar hebat dan semakin tak kuasa aku menahan rasa geli nikmat ini.

"Ooooooossshhhhhhhhh....aaaaaaaaaa..... " erangku mengejang.
"Oooohh... konntoooolll..... kontoooll..." pekikku mencapai kembali orgasmeku yang disusul oleh resha yang menggeram,
dan menghentak-hentakkan pinggulnya yang kerasakan semburan hangat di dalam vaginaku.

Nafasku terengah dan kulihat resha yang juga terengah-engah seraya mencabut kontolnya dari vaginaku dengan kamera suamiku,
yang merekam dari dekat, kurasakan cairan hangat meleleh dari lubang vaginaku.

"Paah...Resha nyemprot di dalem..." ucapku kepada suamiku yang masih merekam lelehan sperma di vaginaku dari dekat.
"Iya sayang...".
"Gak apa-apa pah nyemprot di dalem ?" tanyaku lagi sambil ku buka bibir memekku agar semua spermanya keluar.
"Gak apa-apa sayang memang aku yang minta dia boleh nyemprot di dalem..." jawab suamiku dengan enteng.
"Kalo aku hamil gimana ?", timpalku.
"Ya gak apa-apa sayang, itu tanggung jawabku...", ucap suamiku seraya membelai kepalaku yang masih terbungkus kerudung.

Aku melepas kerudungku dan ku lepas juga gaun gamisku dari tubuhku yang kini telanjang bulat meninggalkan suamiku,
yang puas dengan hasil rekamannya, aku melangkah ke kamar mandi dan langkahku terhenti di depan pintu kamar mandi yang terbuka kulihat resha sedang pipis.
Dari samping kulihat jelas kontol gede nya mengucurkan air di toilet.
Aku sedikit ragu untuk melangkah masuk, ada rasa malu dan rikuh yang kembali timbul dalam hatiku dengan tubuhku yang telanjang bulat seperti ini.

"Eh wi...!...". sapa resha menoleh kearahku walau dengan rasa malu yang kutepiskan aku melangkah masuk kedalam kamar mandi dengan mata resha
yang tak lepas memandangi tubuhku.

Kurasakan lelehan sperma dari vaginaku mengalir di kedua pahaku. Kuraih shower dan ku semprotkan ke selangkanganku seraya kubersihkan lubang vaginaku.
Resha memandangiku, tangannya membelai pahaku.

"Sperma kamu banyak banget..." ucapku kubiarkan tangannya yang membantu membersihkan sisa-sisa spermanya di vaginaku.

"Udah Resh... aku mau pipis..." ucapku mataku mencuri pandang kearah kontolnya yang masih terlihat besar menegang walau merunduk.
Aku jongkok tanpa malu kepadanya dan "sheerrrrr..." air pipisku keluar dengan derasnya.

"Ehh... resha... kok diliatin orang lagi pipis..." ucapku dengan manja.
"Kamu juga tadi liat aku lagi pipis kan he he he...". balasnya dan aku hanya tersenyum malu dan membiarkan tangannya meraih air pipis ku.

Usai membersihkan diri berdua dengan resha, aku melangkah keluar dari kamar mandi dengan handuk yang kulilitkan di tubuhku.
Mendapati suamiku yang sedang asyik di hadapan laptop nya menikmati hasil rekamannya tadi.
Hari sudah menjelang malam, aku sudah berpakaian rapi dengan kerudung panjang yang membungkus kepalaku,
dan gaun gamis yang menutup tubuhku dari atas hingga mata kakiku. Sudah siap untuk makan malam.​
 
Kuliahat suamiku mendekatkan kameranya merekam dari dekat detik-detik vaginaku di hujam kontol yang bukan miliknya.

"Oooooaahhhh....", lenguhku dengan perlahan namun pasti kontol itu semakin kedalam menyeruak dan terbenam di lubangku.
Dengan kontolnya yang besar dan sepanjang ini membuat lubang ku seakan penuh sesak memberikan rasa kenikmatan yang dahsyat bagiku,
yang baru merasakan kontol sebesar dan seoanjang ini dari yang selama ini aku rasakan dari kontol suamiku yang tak sebesar dan sepanajng ini.

"Ooohh... kontol kamu terasa banget...eeehhh...", lenguhku.
"Enak sayang...?", pancing suamiku lagi.
"Enak paah... kontol gede terasa banget...eeehhh... ". ucapku dan mulai terengah nikmat saaat Resha mulai menggoyang pinggangnya naik turun.
"Uuuhh...", geram Resha diatasku menatapku dengan penuh birahi menggenjotku.
"Ooossshh... ooosshh... essshhh...oooaahh...", desahan, lenguhanku sejadi-jadinya dengan kenikmatan yang baru kurasakan ini.
Tak ku perdulikan lagi suamiku yang sibuk merekam berputar dari berbagai sudur merekam aku,
istrinya yang sedang di setubuhi seorang brondong yang ada diatas tubuhku.
Sesekali kuambut lumatan bibir Resha yang melumat bibirku sambil terus menggenjot nikmat dan tangannya yang meremas-remas,
buah dadaku memberikan sensai yang begitu nikmat hingga akhirnya aku tak kuasa menahan kenikmatan ini.
Sesuatu tak terbendung dalam diriku memuncak dan sesaat kemudian akhirnya aku menggejang hebat.

"Oooh... kontol... enak banget...aaah kontol... kontooool...", pekikku menyebut kata-kata jorok yang disukai suamiku,
bila aku mencapai orgasmeku sambil aku mengejang-ejang nikmat.

Begitu nikmat kurasakan saat dinding lubangku yang mencengkeram, menyedot, mengempot bisa tersumpal kontol sebesar ini.

"Eeeeeeeeeeeshhhhhh....", lenguhku kupeluk tubuh perkasa diatasku ini dengan erat membuat enjotannya terhenti sesaat dan aku terkulai lemas.

Resha mencabut kontolnya yang basah berlendir dari vaginaku.
Tangannya meraih pinggulku dan membimbingku membalikkan badan membelakanginya untuk menungging di hadapannya.

"Uuuhh...",lenguhku dengan kedua tangannku menopang tubuhku seraya kusembulkan bokongku di hadapannya.
"Plaak... plak...", di tamparnya bokongku dan meremas dengan gemas, mengusap-usap sebelum akhirnya membimbing kepala kontolnya kembali ke lubang vaginaku.
"Bleessshhh....".
Menghujam nikmat dengan rasa geli nikmat yang menggelitik sekujur tubuhku.
Dinding lubang ku masih sensitif setelah orgasme tadi kembali di hujam-hujam kontolnya lagi.

"Ooohh...oohh...", lenguhku dengan tubuh terguncang kedepan dan ke belakang.
"Ceplok..... ceplok...ceplok...", bunyi benturan bokongku dengan pinggulnya menghentak-hentak penuh nikmat. dan kembali aku terbawa kenikmatan ini yang semakin dahsyat kurasakan.
"Eh...eh...eehh...", lenguhku disaat terengah-engah di hadapan mulutku yang menganga,
suamiku menjejalkan kontolnya.

Lengkap sudah 2 lubang tubuhku di hujam kontol bersamaan.
Mulut atas dan mulut bawahku terjejal kontol membuat sensasi yang luar biasa kurasakan,
rasa jalang dan liar yang yang belum pernah kurasakan menyelinap dalam diriku.

"Uuugh... sayang... sayaaaang....", ucap suamiku sambil menggeram, kuhisap dengan semakin kencang kontolnya dengan pinggul mengayun cepat.
"Gak kuat... liat kamu seksi banget...uuugghh...". geram suamiku dan kuarasakan semburan spermanya di dalam mulutku.

Kuhisap dan kutelan. Sesaat kemudian tubuh suamiku ambruk terduduk puas mencapai orgasmenya.

Aku menoleh kebelakang saat Resha mencabut kontolnya yang memintaku, beranjak sementara ia berbaring terlentang dengan kontol tegak mengacung gagah di selangkangannya.

"Naik Wi...menghadap kesana biar di rekam suamimu...", pinta Resha.

Kusingsingkan gamisku di leherku dengan tubuh telanjangku mengangkangi selangkangannya tepat di hadapan kamera suamiku.
Kuraih kontolnya dan kuarahkan pada lubang vaginaku dan perlahan kuturunkan tubuhku sehingga melesak batang kontolnya terbenam di vagianku.
Di hadapan kamera suamiku yang merekam dari dekat setiap gerakan tubuhku yang naik turun,
merekam vaginaku yang terjejal kontol besar itu dan menjulur dan kedalam berulang kali.
Dengan kontol yang besar dan panjang begitu sempurna kurasakan di dalam vaginaku,
kontol ini seakan-akan mendorong-dorong menyentuh mulut rahimku hingga kenikmatan ini begitu sempurna kurasakan.

"Eeeehhh...", lenguhku dengan kontol masih tertanam ku coba untuk berputar posisiku menghadap menghadap ke resha.
Namun tak kuat aku hingga akhirnya aku mencabutnya dulu dan membalikan tubuhku menghadap Resha dan memasukkannnya lagi,
ke lubangku. Tangan Resha menyambutku dengan meremas-remas kedua buah dadaku dan aku mulai menggoyangkan lagi pinggulku yang terasa lebih nikmat lagi.
Pinggulku bergoyang semakin kencang.

"Ooohh...reshaa... nikmat banget...ooohh... kontol kamu enak banget..." ucapku yang sudah menjadi wanita jalan walau dengan kerudung,
yang masih melekat membungkus kepalaku namun gaun gamis yang sudah tersingkap dengan tubuh telanjang yang mereguk kenikmatan dari kontol lelaki,
yang bukan milik suamiku, terbenam di vaginaku membuatku seakan lupa akan segalanya.
Aku lupa kalo aku adalah seorang istri, namun suamiku yang mendorong persetubuhan ini, aku lupa kalo aku berhijab namun tak kuasa,
untuk menolak keinginan suamiku untuk melihatku di setubuhi laki-laki lain.
Bahkan hatiku seakan membenarkan bahwa kontol besar dan panjang ini mampu memberi kenikmatan yang lebih dari biasa yang aku rasakan.

"Oooohh... kooontooooll....ooooh... kooontooooolll..."
Pekikku lagi dan aku menggelepar hebat diatas pinggul Resha yang memelukku.
Lubang vaginaku mengempot erat, seakan menghisap, mencengkeram hebat apa yang menjejal di situ.
Dan yang kurasakan dengan kontol sebesar itu kenikmatan yang kurasakan begitu dahsyat.
Tak ada setengah pun yang kurasakan jika dibanding dengan kontol suamiku yang kecil itu.
 
Top
VEGASSLOTS
Close
Close
ARUNABET ENTERSLOTS