Samparono_Kayo
Member
“DEWI ISTRIKU”
-----------------
By: #MangNirwana
-----------------
By: #MangNirwana
Awalnya aku tak peduli setiap kali suamiku menyetubuhiku selalu mengatakan bahwa ia ingin melihatku disetubuhi laki-laki lain dan kuanggap hanya sebagai fantasinya yang membuatnya semakin bernapsu menyetubuhiku. namun semakin lama secara tidak sadar, aku semakin ikut menikmati fantasinya hingga aku membayangkan seorang laki-laki asing yang mencumbuku bahkan menyetubuhiku dan membuat suamiku semakin bergelora melihatku ikut larut dalam fantasinya membuat ia menyetubuhiku dengan penuh birahi sampai berakhir dengan kepuasan bersama.
hingga suatu hari saat usai menyetubuhiku, dengan wajah serius suamiku kembali menawarkan kepadaku untuk merealisasikan fantasinya ingin melihat aku disetubuhi laki-laki lain.
"ih papah...", ujarku menanggapinya dengan tak serius dan tentu saja aku menolaknya karena itu tak benar apalagi dengan penampilanku yang sehari-hari memakai jilbab yang berarti harus dibuka bahkan sampai bersetubuh dengan laki-laki yang bukan Suamiku, kuanggap sebagai gurauannya saja. Namun dengan berbagai alasan suamiku terus membujukku. Tak terbayang dalam pikiranku untuk bersetubuh dengan laki-laki lain di hadapannya. hingga hampir 1 tahun suamiku membujukku, akhirnya saat ia kembali menawarkan kepadaku lagi dan aku menjawabnya bersedia, apalagi dalam hatiku memang aku ingin juga mencoba fantasinya itu yang terkadang sering terbayang di kepalaku.
"Papah yakin ?", ucapku dan dijawab dengan antusias oleh suamiku dengan yakin sambil menganggukan kepalanya.
"yakin papah gak apa-apa ? kalo tubuh aku di jamah cowok lain ?", ucapku lagi.
"iya yakin gak apa-apa sayang...".
"yakin... kalo sampe aku nanti... emmhh...", ucapanku terhenti sambil memandang wajah suamiku yang serius mengangguk-angguk.
"kalo sampe kamu dientot ?....asalkan kamu mau... gak apa-apa.... aku mau liat memek kamu dientot kontol gede...".
"emmhh... papah... yakin...? gak apa-apa aku digituin cowok lain.?"
"iya sayang... pengen liat kamu orgasme ... puas... sayang...".
"udah ah... aku mau mandi dulu.... biar bersih...", ucapku beranjak meninggalkan suamiku yang terbaring di kasur.
"biar wangi kalo memek aku dijilatin brondong... hi hi hi... ", ucapku lagi dan kabur membuat suamiku melongo kentang.
Jam menunjuk pukul 11 siang, saat aku sudah berdandan rapih, gaun gamis biru muda bercorak bunga menutupi seluruh tubuhku dan jilbab biru panjang membungkus kepalaku. Dadaku berdebar tak karuan melangkah di samping suamiku. kuraih tangan suamiku menggandengnya dengan rasa gugup dan cemas. melangkah menyusuri lorong hotel diantara pintu-pintu kamar yang tertutup rapat. ku pandang diriku pada pantulan kaca di dalam lift dan mendapati suamiku yang juga memandangiku tersenyum.
"Udah cantik kok...", ucapnya dan aku hanya tersipu sambil menghela rasa cemasku keluar dari lift membaur dengan pengunjung mall yang ramai hilir mudik sambil tetap ku genggam tangan suamiku erat-erat melangkah menuju sebuah restoran. disudut ruang restoran yang tenang dan agak tertutup, meja di sudut restoran duduk seorang lelaki muda yang padangannya tertuju kepadaku seakan menyambut dengan antusias.
"Resha...?", ujar suamiku seraya mengulurkan tangannya.
"Iya mas... ", balas lelaki muda itu seraya pandangannya tertuju kepadaku dan mengulurkan tangannya.
"Saya resha...", ucapnya dengan sopan walau sudah beberapa kali akrab di telepon namun masih terasa canggung buatku, aku menyambut tangannya yang menggenggam dengan lembut.
"Udah lama nunggu ya ?", ucap suamiku mulai berbasa-basi seraya mengambil tempat duduk di sudut dan aku duduk disampingnya di hadapan resha yang memeprsilahkan kepada kami.
"Gimana perjalanannya wi...?", resha membuka pembicaraan kepadaku yang sejak tadi hanya terdiam sesekali tersenyum mengikuti obrolannya dengan suamiku yang disela obrolannya pandangan mata resha selalu menatapku lekat kearahku.
"Eemhh... ya menyennangkan sih....", jawabku dan menyambungnya dengan cuaca di kota S ini yang terasa lebih panas. aku berusaha mencairkan diriku dengan rasa gugup dan cemas yang berangsur mereda.
"Saya kan sudah janji di telpon kalo dewi nanti capek biar saya pijit he he he...", ucapnya membuatku tersipu teringat beberapa kali telepon dengannya sebelum pertemuan ini terjadi. telepon yang sesekali terdengar canda tawa dan sesekali terdengar mesra dengannya.
usai makan siang dan membeli beberapa makanan dan minuman aku melangkah diantara suamiku dan resha dengan dadaku dan rasa cemasku yang tak lagi mengganggu, suasana sudah lebih mencair dan terasa lebih akrab dan santai melangkah kembali menuju hotel kami menginap yang masih satu gedung dengan mall ini.
"Coba nanti kamu jalan gandengan sama dia...", bisik suamiku saat di dalam lift membuat dadaku kembali berdebar.
kutinggalkan suamiku yang membawa barang belanjaan di belakang saat pintu lift mulai terbuka dan aku melangkah di samping resha.
"Resh...", ucapku dan kuraih tangannya dan resha tersenyum menoleh kearahku, berjalan dan bergandengan mesra melalui lorong diantara pintu-pintu kamar hotel yang tertutup sementara suamiku berjalan di belakangku.
Seperti permintaan suamiku aku bergelayut manja pada resha yang menggandengku dengan mesra.
"Gak nyangka dewi cantik... pake jilbab... kok gak pernah bilang di telepon kalo pake jilbab wi...", ucap resha saat suamiku menutup pintu dan meletakkan barang belanjaan di meja.
"Masa... ih kamu gobal...", sergahku seraya mencubit lengannya, canda tawa di sela obrolan ringan membuat suasana tak lagi seperti canggung untukku.
Di bibir ranjang, aku duduk berdua bersebelahan dengannya sesekali mengomentari acara yang ada TV.
Usia resha 22 tahun sementara aku 25 tahun membuat obrolan aku dan resha cepat nyambung sementara usia suamiku 30 tahun terpaut jauh dengannya.
"Loh iya dibanding poto yang mas mu kirim ke saya...", ujarnya membela diri.
Sesaat suasana hening, aku diam memandang layar TV saat tangan resha terangkat dan merangkul di pundakku membuat dadaku berdegup kencang.
Mungkin wajahku terlihat merona karena malu saat itu.
"Eemmhh... deg-degan aku...", ucapku sambil tersenyum malu kepada suamiku seraya kubiarkan tangan resha masih merangkulku.
"Coba cium res...", ujar suamiku.
"Iiih papah kok disuruh-suruh sih...", protesku membuatku salah tingkah namun resha sudah mendaratkan bibirnya di pipiku yang kemudian semakin mendekati bibirku dan kusambut bibirnya dan sesaat kemudian saling melumat dengan lembut.
"Emmmhh... ", gumamku saat resha melepaskan bibirku dan aku tertunduk malu tak berani menatap kearah suamiku yang menyaksikan ciuman tadi.
"Mau meledak rasanya dada aku...ehhmm...". dengan tubuhku yang duduk semakin rapat dengannya. mataku tak lagi ke arah TV,
nafasku seakan tersengal yang kucoba ku tenangkan, menatap wajah resha yang menatapku dan perlahan semakin mendekat dan kembali kusambut bibirnya dan saling melumat berpagutan penuh birahi. mataku terpejam, kujulurkan lidahku yang dihisapnya dengan lembut sesekali menyentuh lidahnya yang membelai lidahku.
Nafasku tersengal saat bibirku terlepas dari bibirnya.
Dan aku merunduk membiarkan tangannya yang membelai lenganku mulai meraba dadaku.
"Emmh...res..", bisiiku dan kulumat bibirnya seraya kunikmati remasan tangannya di dadaku.
Hanya terdengar suara nafasku dan nafasnya yang berat dan suamiku yang sibuk dengan kameranya merekam semua ini.
Kuberanikan diri tangan ku merayapi pahanya hingga kudapati tonjolan keras di pangkal pahanya yang masih terbungkus celananya.
"Emhh... udah keras...", bisiku melepas bibirku memandangnya.
"Apanya yang keras... sayang...?", tanya suamiku yang melihat tangannku di tonjolan selangkangan Resha.
"Nih... hi hi hi...", tawaku sambil kuremas membuat resha terhenyak.
"Apa tuh namanya...?", pancing suamiku.
"Iih papah...". sambil senyum-senyum di hadapan kamera suamiku.
"Kontol... ", ucapku seraya tertawa dengan sedikit rikuh.
Puas dengan meremas dadaku, tangan resha beralih mengelus pahaku dengan gaun gamis panjang yang masih menutupinya.
"Kamu udah pernah liat kan...res..?", ucapku sambil tangannku memegang pangkal selangkanganku.
"Udah...".
"Kalo di sini nyebutnya apa ?".
"Tempik...".
"Oo..tempik... kalo disana kan... memek...".
"Iya kadang disini juga nyebutnya memek...". ujar resha.
Kubiarkan tangannya menyingkap gaun gamisku yang semakin terangkat dengan kubuka kedua kakiku memperlihatkan pangkal selangkanganku yang terbungkus celana dalam putih.
"Eemmhh... udah basah deh...", ucapku menutupi dengan tanganku.
"Dibuka sayang...". sela suamiku.
"Iiih... papah... nanti juga dibuka... ", protesku.
"Udah papah liat aja... rekam-rekam aja..", protesku lagi dengan cemberut manja kepada suamiku yang tertawa.